Beranda | Artikel
Hukum Menyusui
Kamis, 7 Mei 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Hukum Menyusui adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Ayat-Ayat Ahkam. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Kamis, 14 Ramadhan 1441 H / 07 Mei 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang PHukum Menyusui

Kita sebagai umat Islam hendaknya mengetahui hukum-hukum Allah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam Al-Qur’an dan Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan dalam hadits-haditsnya. Orang yang terus belajar kemudian memahami hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala berarti orang tersebut Allah inginkan kebaikannya. Sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari Muslim dari Muawiyah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikannya, Allah akan memberikan pemahaman tentang agamaNya.”

Oleh karena itu marilah dalam kesempatan yang mulia ini kita berkonsentrasi sejenak untuk memperhatikan ayat Allah, surat Al-Baqarah ayat 233 yang berbicara tentang hukum menyusui. Dan banyak faidah dari ayat yang mulia ini.

Di dalam surat Al-Baqarah ayat 233, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّـهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﴿٢٣٣﴾

Kita perhatikan artinya:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْ

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh.”

لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ

Bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.”

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Dan kewajiban bagi ayah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan cara yang ma’ruf.

لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا

Suatu jiwa tidak dibebani oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melainkan sesuai dengan kemampuannya.”

لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ

Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya, begitu juga seorang ayah jangan sampai menderita karena anaknya. Dan bagi ahli waris pun berkewajiban demikian.”

فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا

Apabila keduanya (suami istri) menginginkan penyapihan karena dasar dari keridhaan dari keduanya dan setelah musyawarah antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya.”

وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ

Apabila kalian ingin menyusukan anak-anak kalian kepada wanita lain, maka tidak ada dosa atas kalian apabila kalian memberikan upahnya dengan cara yang ma’ruf.”

وَاتَّقُوا اللَّـهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﴿٢٣٣﴾

Dan bertakwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui perbuatan kalian.”

Di sini disebutkan ada 29 faidah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala:

1. Hukumnya wajib seorang ibu menyusui anaknya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ

Ibu-ibu wajib menyusui anaknya. Hendaklah para ibu menyusui anaknya. Ini perhatian, jangan sampai anak-anak hanya diberikan susu sapi saja. Berikan ASI/air susu ibu, ini penting sekali. Hal ini supaya anaknya sehat dan tumbuh menjadi anak yang baik.

Dalam menyusui anak, ada kebaikan yang besar; anak menjadi tenang, seorang anak yang ketika kecilnya disayang oleh orang tuanya maka anak itu akan menjadi penyayang. Tapi kalau didikan orang tua kepada anaknya kasar, maka tumbuhlah orang-orang yang kasar. Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam betul-betul sayang kepada anak-anak dan cucunya. Sehingga ekturunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjadi orang yang sayang kepada sesamanya.

Lihat bagaimana perlakuan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada cucunya Hasan dan Husein. Beliau gendong, beliau sayang dan seterusnya. Karena dekapan orang tua kepada anaknya menimbulkan pelajaran yang besar dan rasa nyaman bagi anak-anaknya.

2. Allah ‘Azza wa Jalla lebih sayang kepada hamba-hambaNya dari ibu kepada anaknya

Hal ini karena walaupun secara fitrah ibu sayang kepada anaknya dan mau menyusui anaknya, tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap perintahkan ibu untuk menyusui anaknya. Ini dalil dan bukti bahwa kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih besar dari rahmat (kasih sayang) ibu kepada anaknya. Ini pelajaran yang sangat besar.

Oleh karena itu jangan sia-siakan kasih sayang Allah kepada kita semua. Dalam hadit yang shahih riwayat Bukhari dan Muslim, dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu dijelaskan dalam hadits tersebut ketika datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sejumlah tawanan, di tengah-tengah mereka ada seorang ibu yang sedang mencari bayinya. Bisa dibayangkan keadaannya yang -kalau bahasa kita- semrawut.

Ibu itu mencari-cari anaknya dengan hati yang sedih sampai akhirnya dia jumpai anaknya. Ketika dia lihat anaknya, diambil anaknya tersebut dan dipeluk kemudian dia susui. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat melihat keadaan yang luar biasa. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada para sahabat:

أَتُرَوْنَ هَذِهِ المَرْأَةَ طارِحَةً وَلَدَهَا في النَّارِ؟

“Bagaimana pendapat kalian wahai para sahabat, apakah mungkin ibu tersebut melemparkan anak tersebut ke api?”

Maka para sahabat menjawab kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Tidak akan mungkin.” Lalu Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

للَّهُ أَرْحمُ بِعِبادِهِ مِنْ هَذِهِ بِولَدِهَا

“Sungguh Allah itu lebih sayang kepada hamba-hambaNya dari ibu ini kepada anaknya.”

Ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat sayang kepada kita semua, sangat sayang kepada hamba-hambaNya. Allah memiliki nama Ar-rahman Ar-Rahim, sifat Allah rahmat. Dan sifat rahmatnya Allah ini sangat luas, bahkan sifat yang paling luas adalah sifat rahmat. Makanya Allah gandengkan dengan makhluk Allah yang sangat luas. Dalam satu ayat:

الرَّحْمَـٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ ﴿٥﴾

Allah Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy.” (QS. Tha-ha[20]: 5)

‘Arsy makhluk Allah yang sangat-sangat luas. Dan Allah Ar-Rahman memiliki sifat yang sangat luas. Dan Allah katakan:

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

Dan rahmatKu luas mencakup segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf[7]: 156)

Dan rahmatNya Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dalam hadits yang shahih, ada 100 rahmat, 99 Allah pegang, satu rahmat Allah bagikan di dunia. Dengan 1 rahmat itu maka kita merasakan nikmat yang sangat besar, tidak ada yang kita kenyam dari kenikmatan melainkan merupakan rahmat Allah. Kita merasakan dinginnya AC, kita keluar merasakan matahari, kita menghirup oksigen, itu semua rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita bisa makan, kita bisa minum, itu rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehat juga rahmat Allah, seorang ibu sayang pada anaknya dan rindu pada anaknya, anak sayang dengan ibunya, seorang istri cinta dengan suaminya,  suami cinta dengan istrinya, kedua-duanya saling menyayangi, seorang murid sayang dan hormat dengan gurunya, seorang guru sayang dengan muridnya, dia ajarkan ilmu agama, kita punya tetangga yang baik, punya kawan-kawan, semua rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan kata Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ada binatang yang mengangkat kakinya ketika menyusui anaknya karena takut tertimpa kakinya kepada anaknya, ini merupakan rahmat dari rahmatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini satu rahmat di dunia, bagaimana yang 99 rahmat Allah yang disediakan di surga? Nikmat besar yang ada di surga. Oleh karena itu merupakan kesalahan dari kita atau cara berpikir kita kalau kita ingin mencari rezeki sampai lupa akhirat, cari uang sampai tidak shalat, membuat rumah sampai tidak beribadah kepada Allah, lupa ngaji, lupa membaca Qur’an, lupa baca hadits Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Jangan sampai kita lupa dengan rahmat Allah yang 99 untuk mengejar satu rahmat itupun yang dibagi-bagi. Dan orang yang bahagia adalah orang yang betul-betul dalam menjalankan ketakwaan kepada Allah dan mengejar rahmat Allah yang ada di surga.

Jadi Allah lebih sayang kepada anak-anak kita daripada kita. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mewasiatkan kita untuk sayang kepada anak-anak kita.

3. Menyusui dengan susunan yang sempurna

Bahwa menyusui dengan susunan yang sempurna itu adalah 2 tahun penuh bagi orang yang ingin menyempurnakan persusuannya.

Bolehkan menyusui kurang dari 2 tahun? Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-46:50

Download MP3 Kajian Tentang Hukum Menyusui

Download mp3 kajian yang lain di mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48558-hukum-menyusui/